.....SELAMAT DATANG DI BLOG "Belajar Bareng RiHeriii'" BLOGNYA MAS HERI SUSANTO.......Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia. so jangan pernah berfikir tuk berhenti belajar........Semoga Bermanfaat....

Pages

Sabtu, 11 Januari 2014

PEMBENTUKAN KATA DAN KALIMAT





A. Pengertian Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri atau kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang mengandung arti tersendiri.

B. Jenis – Jenis Kata
1. Nomina (kata benda)
nama dari seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang di bendakan, misalnya: buku, meja, dll.

2. Verba (kata kerja)
kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari, dll.

3. Adjectiva (kata sifat)
kata yang menjelaskan kata benda, misalnya: keras, cepat.

4. Adverbia (kata keterangan)
kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya: sekarang, agak, dll.

5. Promina (kata ganti)
kata penggati kata benda, misalnya: ia, itu, dll.

6. Numeralia (kata bilangan)
kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukan urutannya dalam suatu deretan, misalnya: satu, kedua, dll.

"Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya"

C. Bagian – Bagian Kata
1. Kata dasar (akar kata)
kata yang paling sedarhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat di kelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi berbedaan kedua bentuk ini tidak dapat di bahas di sini.

2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.

3. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

4. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

5. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

6. Kata turunan (kata jadian)
kata yang baru di turunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.

7. Keluarga kata dasar
kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

D. Pembentukan Kata
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Inflektif
Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.

2. Derivatif
Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.

PROSES MORFEMIS
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur:
1. Dasar atau bentuk dasar
2. Afiks
3. Makna gramatikal yag dihasilkan
Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. Namun, proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses afiksasi ini.

Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks, yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif.
Afiks yang Umum
Prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-
Sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
Konfiks: ke – an, ber – an, pe – an, peng – an, peny – an, pem – an, per – an, se – nya
Infiks: -el-, -er-, -em-, -in-, -ah-

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari beberapa afiks yang telah disebutkan di atas:
ber- : Menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks “ber-“ adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu.

-kan : Menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian dalam kalimat.

ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dalam Bahasa Indonesia. Konfiks ini adalah untuk:
1. Membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar.
2. Membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal.
3. Membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan.
4. Membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan.
Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-“ yang keduanya luluh menjadi “pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin” yang diberi infiks “-em-“ melainkan “pimpin” yang diberi awalan “pe-“.
Sisipan -in-:
Kerja = kinerja
Sambung = sinambung

Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks, maka diperlukan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata “keledai” bukanlah kata “kedai” yang diberi sisipan “-el-“.

Kesalahan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi menggunakan afiks ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense kalimat yang dibentuk dan bergesernya arti kalimat tersebut.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
1. Saya nikmat perjalan di Indonesia.
2. Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
3. Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.

Alternatif pembenarannya:
1. Saya menikmati perjalanan di Indonesia.
2. Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
3. Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.

Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.

Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar pura.

Khusus mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan, yakni:

Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat berupa morfem dasar seperti meja yang menjadi meja-meja, bentuk berimbuhan seperti pembangunan yang menjadi pembangunan-pembangunan, dan bisa juga berupa bentuk gabungan kata seperti surat kabar yang menjadi surat-surat kabar atau surat kabar-surat kabar.

Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks prosesnya mungkin:
1) proses reduplikasi dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk berton-ton dan bermeter-meter.
2) proses reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi, seperti pada berlari-lari dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat)
3) proses afiksasi terjadi lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh proses reduplikasi, seperti pada kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya kesatuan dan memukul).

Ketiga, pada dasar yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi mungkin harus berupa reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial. Misalnya, ayam itik-ayam itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik dan sawah ladang) contoh yang reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta rumah-rumah sakit (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) contoh untuk reduplikasi persial.

Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia hanya bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau kevariasian. Namun, sebenarnya reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional. Oleh karena itu, munculnya bentuk-bentuk seperti mereka-mereka, kita-kita, kamu-kamu, dan dia-dia tidak dapat dianggap menyalahi kaidah bahasa Indonesia.

Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis, yakni dua buah kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Misalnya, ilmu pengetahuan, hancur, luluh, dan alim ulama.

Keenam, dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk seperti kering kerontang, tua renta, dan segar bugar di satu pihak; pada pihak lain ada bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, tunggang-langgang, dan komat-kamit, yang wujud bentuknya perlu dipersoalkan.

Komposisi
adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.

Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia menumbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain masalah kata majemuk.

Yang menarik adalah meskipun EYD telah mengatur dengan cukup jelas tata cara penulisan gabungan kata, masih banyak ditemukan kesalahan yang dilakukan pengguna bahasa Indonesia dalam menuliskan kata majemuk.

Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
1. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
2. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
3. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.
4. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.
5. Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya: manakala, kilometer.

Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.

Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap.

Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).

Produktivitas proses morfemis
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi digunakan berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas, artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. Proses inflektif atau paradigmatis karena tidak membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya, tidak dapat dikatakan proses yang produktif. Proses inflektif bersifat tertutup.

E. Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,mepunyai pola intonasi final,dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa atau dalam linguistik,kalimat adalah satuan dari bahasa atau arus ujaran yang berisikan kata atau kumpulan kata yang memiliki pesan atau tujuan dan di akhiri dengan intonasi final.

F. Macam – Macam Kalimat
1. Kalimat aktif dan Kalimat pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang memiliki subjek untuk melakukan pekerjaan dan predikat yang berupa kata kerja me-atau ber- dan di-

2. Kalimat langsung dan Kalimat tidak langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan orang dan pada bagian kutipan berupa kalimat tanya dan kalimat perintah menggunakan tanda petik (“.....”) 
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali kepada orang lain yang pada bagian kutipan berubah menjadi kalimat berita.

3. Kalimat tunggal sederhana dan Kalimat tunggal luas
Kalimat tunggal sederhana adalah kalimat terdiri dari kata yang menduduki jabatan subjek,predikat dan objek.
Kalimat tunggal luas adalah kalimat tunggal yang samping terdiri atas kata yang menduduki fungsi sebagai subjek,predikat dan objek yang terdapat unsur perluasan pada kalimat.
Kalimat majamuk adalah kalimat yang mempunyai dua struktur kalimat yaitu kalimat dasar atau kalimat lebih.
1. kalimat majemuk setara (koordinasi)
2. kalimat majemuk bertingkat
3. kalimat majemuk bertingkat

4. Kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca 

5. Kalimat berita
Kalimat beritaadalah suatu kalimat yang peristiwa atau kejadian.

6. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi peritah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu dan untuk mendapatkan tanggapan sesuatu

Kalimat tanya adalah suatu kalimat yang mengandung pertanyaan tentang yang belum di ketahui 

G. Pembentukan kalimat
1. Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

a. Subjek
adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
1. Ayahku sedang melukis.
2. Meja direktur besar.
3. Yang berbaju batik dosen saya.
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.

Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada atau tidak jelas pelaku atau bendanya.
1. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
(yang benar : Siswa sekolah dilarang masuk)
2. Di sini melayani resep obat generik.
(yang benar : Toko ini melayani resep obat generik).
3. Melamun sepanjang malam.
(yang benar : Dia melamun sepanjang malam)

b. Predikat
adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan S, prediksi dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut ini.
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
Tuturan di bawah ini tidak memilik P karena tidak ada kata-kata yang menunjuk perbuatan, sifat, keadaan, ciri dan status pelaku/bendanya.
1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
2. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
3. Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.

c. Objek
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nominal, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh dibawah ini.
a. Nurul menimang……....(bonekanya)
b. Arsitek merancang………....(sebuah gedung bertingkat)
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.
a. Nenek sedang tidur.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan lihat ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. Serena Williams mengalahkan Angelique Wijaya [O].
a. *Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena Williams.
b. Orang itu menipu adik saya [O].
b. *Adik saya [S] ditipu orang itu

d. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat juga berupa nominal, frase nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
1. Ketua MPR // membacakan // Pancasila.
           S                     P                     O
2. Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
                 S                    P                     Pel

Beda Pel dan O adalah Pel tidak dapat dipasipkan menjadi subjek, sedangkan O dapat dipasipkan menjadi subyek.

Posisi Pancasila sebagai Pel pada contoh no. 2 di atas tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasip.

Contoh yang salah : Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (X)

Akan tetapi Pancasila sebagai O pada contoh no. 1 di atas dapat dibalik menjadi S dalam kalimat pasip.

Contoh : Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR.
                    S                P                      O

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.Selain diisi oleh nomina dan frase nominal, Pel dapat pula diisi oleh frase adjektival dan frase preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalau persis di belakang P. Kalau dalam kelimatnya terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutuan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
1. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
2. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
3. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
Bedakan : - Sekretaris itu mengambil air minum untuk atasannya.
- Annisa mengirim kopiah bludru untuk kakaknya.
(Kata atasannya dan kakanya menjadi Keterangan (Ket.), sedangkan air minum dan kopiah bludru adalah Objek).

e. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai halmengenai S,P,O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frase nominal, frase preposional, adverbal, atau klausa.
1. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas. (ket. Tempat)
2. Rustam Lubis sekarang sedang belajar. (ket. Waktu)
3. Lia memotong roti dengan pisau. (ket. alat)



Minggu, 05 Januari 2014

5 jenis bentuk karangan

5 JENIS BENTUK KARANGAN


1.   DEKRIPSI
Definisi     :    Karangan deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang dibicarakan. Deskripsi juga karangan yang melukiskan sesuatu, menyatakan apa yang diindra, melukiskan perasaan, dan perilaku jiwa dalam wujud kalimat.
Ciri-ciri     :    a.  pada umumnya bersifat nonilmiah/fiksi,
                      b.  menggambarkan atau melukiskan objek tertentu,
                      c.  bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan tersebut.
     Contoh :

Cantiknya Danau Biru di Antara Perbukitan
            Siapa yang tidak kenal Bukit Tinggi ? Kamu pasti sudah mendengarnya. Ya, kota ini merupakan salah satu tujuan wisata di Sumatra Barat. Para wisatawan banyak yang  berkunjung ke kota ini karena sejarahnya. Konon, kota ini menjadi benteng kekuasaan  Belanda pada saat Perang Padri (1821–1837). Oleh karena itu, banyak terdapat bangunan bersejarah peninggalan Belanda di kota ini. Selain itu, kota ini juga terkenal di Indonesia sebagai The Big Clock Town atau Kota Jam Gadang. Jam yang berukuran besar ini menjadi ciri khas Kota Bukit Tinggi dengan di kelilingi pohon-pohon besar yang me- nambah indah pemandangan kota. Namun, tidak banyak yang tahu tentang sebuah danau biru yang cantik di kota ini. Danau Maninjau namanya.
       Danau Maninjau terletak 38 km sebelah barat dari pusat Kota Bukit Tinggi. Jika  menggunakan bus umum dari Bukit Tinggi cukup dengan mengeluarkan Rp2.000,00 untuk satu jam perjalanan. Airnya biru jernih dan bersih alami. Danau ini dikelilingi bukit-bukit yang indah sehingga menambah cantiknya pemandangan sekitar. Terletak 500 m di atas permukaan laut dengan panjang danau 17 km, lebar 18 km, dan kedalaman danau sekitar 480 meter.
            Tempat ini juga sangat cocok untuk aktivitas berenang atau berkeliling dengan
sepeda. Bukan hanya itu, bagi mereka yang memiliki jiwa petualang dan suka mendaki bukit, di sinilah tempat yang cocok untuk menyalurkan hobi tersebut. Wisatawan dapat mendaki Bukit Sakura dan Puncak Lawang hanya dalam waktu tiga jam saja.
 Di puncak bukit inilah wisatawan dapat mengagumi pemandangan danau dan sekitarnya. Semua tampak jauh lebih indah dari atas sana.
            Jika merasa waktu satu hari berkunjung di sini belum cukup, tidak perlu khawatir. Di tempat ini seperti layaknya taman wisata lain banyak terdapat penginapan yang merupakan penginapan dengan fasilitas memadai. Sepanjang danau ini pun banyak terdapat restoran dan coffee shop untuk dapat memenuhi kepuasan wisatawan yang be-rkunjung. Cobalah datang pada akhir pekan karena sering digelar music dan tarian tradisional khas Sumatra Barat untuk menghibur pengunjung.
            Berwisata tampak kurang lengkap jika tidak membeli cenderamata atau oleh-oleh khas Sumatra Barat. Di Jalan H. Udin Rahmani, banyak terdapat toko yang menjual cenderamata. Lukisan rumah gadang dari bahan beludru merupakan salah satu souvenir yang paling banyak dicari wisatawan di tempat ini. Oleh karena itu, jika Anda berniat untuk berwisata ke Sumatra Barat jangan lupa untuk memasukkan Danau Maninjau ke dalam agenda perjalanan Anda, dijamin Anda tidak akan menyesal.

Sumber: Harian Umum Pikiran Rakyat, 18 Januari 2005



2.   NARASI
Definisi     :    Narasi merupakan tulisan yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian yang disusun secara kronologis atau menurut urutan waktu atau urutan tempat.
Tulisan narasi dapat dibedakan atas narasi nonfiksi dan narasi fiksi.
       a.  Nonfiksi, yaitu karangan yang mengisahkan hal-hal yang nyata, berdasarkan pengalaman atau pengamatan.
            Contoh: sejarah, biografi (kisah seorang tokoh), atau autobiografi, (kisah pengalaman pengarangnya sendiri).
       b.  Fiksi, yaitu karangan yang mengisahkan hal-hal yang bersifat khayal atau imajinasi.
       Tulisan narasi ada yang bersifat narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris merupakan narasi yang mengisahkan berlangsungnya suatu peristiwa secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat.
       Narasi sugestif berupa narasi yang mengisahkan rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam kesatuan waktu sehingga dapat menggugah daya khayal dan memunculkan dorongan perasaan pada pembacanya.
       Narasi ekspositoris disebut narasi kejadian, sedangkan narasi sugestif biasa juga disebut narasi runtun peristiwa.
Ciri-ciri         :    a.          Lebih bersifat fiksi.
                      b.  Adanya penceritaan atau suatu pengisahan suatu peristiwa yang dijalin dan suatu urutan waktu.
                      c.  Adanya bagian perbuatan atau tindakan.
                      d.  Wacana narasi berusaha menjawab pertanyaan "Apa yang telah terjadi ?"
                      e.  Menginformasikan suatu hal sehingga pembaca memperoleh pengetahuan yang luas.
                      f.  Mengandung konflik/ pertikaian sehingga memiliki tokoh/pelaku.
       Contoh :

    
''Susur Sungai Cikapundung'' KMPA–PSIK:
Rekreasi Sekaligus Pembelajaran
            Minggu, 23 April, Pukul 08.00 pagi, peserta perjalanan ''Susur Sungai Cikapundung'' sudah mulai berkumpul di sekretariat KMPA di Sunken Court W–03. Satu jam kemudian, rombongan berangkat menuju Curug Dago, dengan sedikit naik ke arah hulu di mana perjalanan itu dimulai. Tanpa ragu,peserta mulai menyusuri Cikapundung meskipun ketinggian air hampir mencapai sebatas pinggang. Ketinggian air pun meningkat sekitar 50 cm setelah hujan deras mengguyur Bandung hampir sehari penuh kemarin, Sabtu 22 April 2006. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Bumi.
            Derasnya air Sungai Cikapundung tidak mengecilkan hati para peserta yang mengikuti acara ''Susur Sungai Cikapundung''. Acara ''Susur Sungai Cikapundung'' ini merupakan salah satu acara dari serangkaian kegiatan Pekan Hari Bumi se–ITB yang diadakan oleh Unit Kegiatan KMPA (Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam) yang bekerja sama dengan PSIK (Perkumpulan Studi Ilmu Masyarakat). Acara ''Susur Sungai Cikapundung'' ini diikuti oleh 24 orang yang
terdiri atas berbagai unit kegiatan ITB seperti PSIK, KMPA, Teknik Pertambangan, Nymphea, Planologi dan 3 orang pelajar dari SMP al-Huda dan satu pelajar dari SMK Dago.
            Para mahasiswa Teknik Planologi 2004, mengikuti kegiatan tersebut dengan semangat menggebu.Mereka tidak menyangka bahwa dengan menyusuri sungai dapat menjadi ajang rekreasi dari rutinitas sehari–hari. Beruntung, hari itu hujan tidak turun yang dapat menyebabkan acara menjadi kacau karena menyebabkan naiknya debit air dan menambah derasnya sungai sehingga dapat membahayakan diri peserta.
            Selain menyusuri sungai dan melihat secara langsung kondisi Cikapundung, peserta juga diberikan wacana dan ajang diskusi yang disampaikan oleh Andre, mahasiswa Teknik Planologi 2002, mengenai konsep penataan ruang di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tetap memerhatikan lingkungan. Selain itu, peserta juga diajak untuk mengambil sampah-sampah yang mencemari Sungai Cikapundung.
            Ajang diskusi ini menimbulkan banyak pertanyaan dari peserta tentang bagaimana seharusnya menata daerah sepanjang aliran sungai agar tidak merusak lingkungan dan sungai yang ada. Diharapkan dengan adanya acara ini para peserta yang ikut dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya dari Sungai Cikapundung dan apa yang terjadi dengan lingkungan di DAS Cikapundung. Selain itu, mudah-mudahan para peserta dapat tergerak hatinya untuk lebih  memerhatikan masalah lingkungan yang terjadi di Bandung, khususnya Sungai Cikapundung.
            Setelah kurang lebih 4 jam menyusuri Sungai Cikapundung dan berbasah ria, sekitar pukul 14.20 acara menyusuri sungai tersebut selesai dan keluar di daerah Ciumbuleuit atas yang kemudian dilanjutkan dengan pawai spanduk dan poster sampai kampus.
Sumber: www.itb.ac.id


3.   ARGUMENTASI
Definisi          :    Karangan yang memberikan alasan kuat dan meyakinkan agar pembaca mengikuti dan mengakui kebenaran gagasan penulis. Pada umumnya, karangan argumentasi banyak mengemukakan alasan, contoh, atau bukti yang kuat. Contoh tulisan argumentasi yang mudah anda kenali adalah karya tulis ilmiah.
Ciri-ciri         :    a.          Bersifat nonfiksi (ilmiah).
                      b.  Paragraf argumentasi mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang dibahas.
                      c.  Paragraf argumentasi mengandung data atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
                      d.   Penjelasan dalam paragraf argumentasi disampaikan secara logis.
       Contoh :

             Sebelum menjalani tes masuk perguruan tinggi, lulusan SMA sebenarnya sudah dihadapkan pada ujian. Mereka harus memilih jurusan dan jenis sekolah yang tepat. Mereka juga harus cermat memilih faktor-faktor yang memengaruhi proses belajarnya nanti.
            Akan tetapi, ada orangtua yang sangat berambisi untuk memajukan anak sesuai dengan kehendaknya. Alasannya untuk mewujudkan cita-cita dan impian orangtuanya sendiri. Hal ini menyebabkan anak menjadi terbelenggu, tidak kreatif, dan tidak mandiri. Di sisi lain, orangtua pun akhirnya tidak mengukur kemampuan anak sesuai minat dan bakatnya.
Sumber: Harian Umum Pikiran Rakyat, 13 Juni 2004

4.   EKSPOSISI
Definisi          :    Karangan/paragraf yang bersifat memaparkan atau menjelaskan sesuatu dengan tujuan agar pembaca memahami atau mengerti tentang suatu informasi. Yang termasuk dalam kategori eksposisi adalah berita dan laporan.
Ciri-ciri         :    a.          Bersifat nonfiksi atau ilmiah.
                      b.  Memberikan penjelasan terhadap bagaimana sesuatu itu terjadi atau bekerja.
                      c.  Disusun berdasarkan urutan yang sistematis dan saling bertautan.
                      d.   Berdasarkan fakta.
                           e.  Adanya hubungan sebab-akibat.
                      f.  Memperluas pengetahuan pembaca.
                      g.  Tidak bermaksud memengaruhi.
       Contoh :

 
 Cara Menggunakan Komputer
            Jika akan menyala kan komputer, kamu harus memerhatikan langkah-langkah yang tepat. Hal itu penting agar komputer terhindar dari kerusakan. Berikut penjelasannya.
            Langkah pertama adalah masukkan steker komputer ke sumber listrik, lalu menyalakan stabilizer listrik. Jika lampu telah berwarna merah menyala, menandakan listrik sudah mengalir ke komputer. Kemudian, tekan tombol power” sampai terdengar bunyi berdengung lembut tanda perangkat harddisk/memori komputer bekerja. Setelah itu, tekan tombol layar di bawah kaca monitor sampai muncul tanda "Windows 2000, XP atau Vista".
            Kemudian klik tanda start untuk memilih menu untuk mengetik atau me- ngerjakan sesuatu, misalnya pilih menu "Microsoft Word". Setelah klik, mesin langsung bekerja, terbuka dan ada halaman layar kosong yang siap di ketik. Ketiklah bahan yang perlu diketik.
           
Selesai mengetik, simpanlah hasil ketikan secara aman dalam memori dengan menekan ikon disket pada toolbar atau klik "save". Setelah itu, pilihlah file close atau klik ikon "X" diujung layar kerja sampai muncul gambar menu komputer dan huruf start. Untuk mematikan komputer, Anda dapat mengeklik tombol start. Kemudian pilih shutdown. Dengan menekan shutdown, komputer akan mati secara otomatis. Setelah program computer hilang, tekanlah tombol power pada layar monitor dan stabilizer saluran listrik. Cabutlah steker listrik ke komputer untuk mengakhiri proses operasi komputer.

Ditulis oleh E. Juhara
Sumber: www.smansar.edu


5.   PERSUASI
Definisi          :    Paragraf yang berisi ajakan atau bujukan agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk-petunjuk yang ditulisnya dalam teks.
       Kalimat-kalimat persuasi dalam sebuah paragraf mendorong pembaca untuk mengikuti langkah atau petunjuk dalam kalimat tersebut.
Ciri-ciri         :    a.            Tulisan yang bersifat ajakan.
                      b.  Kalimat-kalimat dalam paragraf persuasi cenderung mempromosikan sesuatu yang diperlukan pembaca.
                      c.  Judul tulisan biasanya bersifat menunjukkan atau menginformasikan sesuatu kepada masyarakat.
                      d.  Dalam beberapa hal, karangan persuasif ini mirip sebuah iklan atau adventoria.
Contoh :

 Karier memang bukan segala-galanya dalam hidup ini, tetapi punya andil dalam memengaruhi kehidupan seseorang. Mempertahankan serta meningkatkan kualitas karier merupakan keinginan sebagian besar orang. Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kualitas karier. Salah satu yang paling efektif adalah dengan senantiasa menjaga gairah kerja. Gairah kerja ternyata ikut menentukan sukses tidaknya karier seseorang. Bahkan, harus usahakan agar gairah kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu, jangan sampai menurun, atau malah hilang sama sekali.





gabriellastivani.files.wordpress.com/2011/07/jenis-jenis-karangan