HIERARKI KEBUTUHAN
MANUSIA MENURUT ABRAHAM MASLOW
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Teori Hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, yang merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia. Antara lain ; pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari ancaman terhadap tubuh dan kehidupan seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan, dll. Perlindungan psikologis, perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman baru atau asing yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, dan kekeluargaan.
4. Kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya - See more at: http://chalouiss.blogspot.com/2013/02/kebutuhan-dasar-manusia-menurut-abraham.html#sthash.m97KVAlC.dpuf
TEORI-TEORI BELAJAR dan
PEMBELAJARAN
B. Teori-Teori Klasik
1. Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno,
7: 2006). Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike,
Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan
dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses.
a. Thorndike
Menurut Thorndike (Hamzah
Uno, 7:2006) belajar adalah
proses interaksi antara stimulu dan respon. Menurut Thorndike perubahan
tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat
diamati
b. Watson
Menurut Watson (Hamzah
Uno,7:2006) belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon . Stimulus dan respon
tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata lain Watson
mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor
tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.
c. Clark Hull
Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk
menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull kebutuhan
dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan kebutuhan
biologis.
d. Edwin Guthrie
Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara
stimulus dan respon tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor
kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus
yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan lebih
kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan
berbagai stimulus.
Guthrie mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan
penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang. Contoh seorang
anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah selalu mencampakkan baju dan
topinya dilantai. Ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh
anaknya. Lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil
mengantungkan baju dan topinya di tempat gantungannya. Setelah
beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung topi dan baju menjadi
terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah.
2. Pengkondisian klasik
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing.
Dia meletakkan secara rutin bubur daging di depan mulut anjing . Anjing
mengeluarkan air liur . Air liur yang dikeluarkan oleh anjing
merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga
menggunakan lonceng sebelum makanan diberikan.
Berdasarkan hasil
eksperimen pavlo diperoleh
suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan
ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal dengan
Teori Pengkondisian Klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme
belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock,
2010). Dalam pengkondisian klasik stimulus netral (seperti
melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti
makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama.
Dalam teori
pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus dipahami
yaitu :
Unconditioned
Stimulus (US) adalah
sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran
terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov makanan adalah US.
Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang
secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov air liur anjing
yang merespon makanan adalah UR.
Conditioned
Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang
akhirnya menghasilkan conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam
esperimen Pavlov beberapa penglihatan dan suara yang terjadi
sebelum anjing menyantap makanan.
Conditioned Respon adalah respon yang dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US – CS. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada skema exsperimen Palvov berikut :
Sebelum Pengkondisian
US (makanan) >>>>>>>>>>>>
UR (Keluar air liur)
CS (lonceng)
>>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar)
Selama Pengkondisian
CS(lonceng) + US
(makanan)>>>>> UR (keluar air liur)
Setelah Pengkondisian
CS (lonceng)
>>>>>>> CR (keluar air liur)
(M. Asrori, 2008)
Berdasarkan eksperimen
yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan dengan
beberapa cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran (M. Asrori, 8:2008 dan Santrock, 270 : 2010) , yaitu :
a. Generalization
(generalisasi)
Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk
menghasilkan respon yang sama. Misalnya murid dimarahi karena
ujian biologinya buruk. Saat murid untuk ujian kimia dia juga akan
menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Jadi murid menggeneralisasikan
satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.
b. Discrimination
(diskriminasi)
Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimulus
tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid
yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran
bahasa Indonesia atau sejarah karena kedua mata pelajaran tersebut jauh berbeda
dengan mata pelajaran kimia dan biologi
c. Extinction (pelenyapan)
Suatu stimulus yang dikondisikan
tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan, lama kelamaan organisme tidak
akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap
terhapus. Murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes
dengan lebih baik,dan kecemasannya mereda.
Teori pengembangan
klasik ini sangat membantu untuk mamahami beberapa aspek pembelajaran dengan
lebih baik dan juga membantu memahami kecemasan dan ketakutan pada murid dalam
proses belajar dan pembelajaran .
3. Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki
hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.
Akhmad Sudrajat (Tersedia pada : http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/,
16 Maret 2011) menguraikan beberapa Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaranantara lain :
a. Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
c. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
e. Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi
dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi
lain dalam tata-susunan yang tepat. Jadi menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
C. Teori – Teori Belajar Proses
1. Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian
operan. Pelopor teori ini adalah B.F. Skinner. Inti
dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan
dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010).
Konsekuensi – imbalan
atau hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme. Contoh seorang
siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan
hadiah oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep
utama, yaitu :penguatan (reinforcement), yang terbagi
kedalam penguatan positif dan penguatan negative, dan hukuman (punishment). (M.
Asrori, 9 : 2008)
Penguatan positiv (positeve
reinforcement) adalah
apa saja stimulus yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang
siswa yang mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia akan mengulangi
prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi. Penguatan bisa
berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai
ujian).
Penguatan negativ (negative reinforcement) apa
saja stimulus yang menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan
atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya sesuatu
tingkah laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan terlambat
mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku
menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh seorang
siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya
saat jam istirahat.
Ada sejumlah
teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk pembentukan
tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :
a. Pembentukan
respon (Shaping Behaviour)
Teknik pembentukan
respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat setiap kali ia
bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon
sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur pembentukan
respon bisa digunakan untuk melatih tingkah laku siswa dalam proses
pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan baik . Contoh :
apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai pendengar dapat
mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika sekelompok siswa
mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut untuk
berceramah lebih semangat lagi.
b. Generalisasi,Diskriminasi
dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan
sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang sama. Contoh :
Seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu
mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR tepat
waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu
penguatan, tetapi tidak terhadap penguatan yang lain. Contoh :
seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat waktu Karena mendapat pujian dari
gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat
pujian dari guru IPS. Respon ini bias berbeda karena cara
memberikan pujiannya sudah berbeda
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap
apabila penguatan atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh :
seorang siswa yang mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi bisa secara
bertahap menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan
pujian sama sekali.
c. Jadwal
Penguatan (Schedule of reinforcement)
Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian
penguatan dapat mempengaruhi respon. Penguatan disini dibagi menjadi
2 yaitu penguatan berkelanjutan (Continous Inforcement) dan
penguatan berkala (Variabel Reinforcement).
Penguatan
berkelanjutan adalah
penguatan yang diberikan pada setiap saat setiap kali organisme menghasilkan
respon. Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal dengan
betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya
Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka
waktu tertentu. Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan
nisbah (rasio) yang disebut penguatan nisbah dan berdasarkan
interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu.
Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah
apabila penguatan diberikan setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada
10 kali siswa memberikan respon baru diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah
berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah beberapa
kali respon muncul, tetapi kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan
diberikan kepada siswa kadang kala setelah 10 kali respon kadang
kala setelah 5 respon
Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah
apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya memberikan
pengutan kepada setiap respon yang muncul setelah 1 menit. Waktu
berubah adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang
ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon yang
muncul.
d. Penguatan
Positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan
sesegera mungkin setelah suatu tingkah laku muncul. Misalnya seorang
siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru maka pada sait itu juga guru segera
memberikan pujian.
e. Penguatan
Intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk
memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai
seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri
individu . Misalnya : seorang siswa yang tadinya malu
untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak
malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru
memberikan pujian di depan teman-temannya agar keberanian membaca puisi di
depan kelas tersebut dapat terpelihara.
f. Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan
penguatan sama sekali atau tidak mengirakan respon yang akan muncul pada
seseorang. Misalnya siswa yang berbicara lucu dengan
maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh,
tidak diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga
demikian, siswa yang bersangkutan akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak
berkenan di hati gurunya sehingga dia tidak akan melakukannya
lagi.
g. Percontohan
(modeling)
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang
dilakukan dengan mencontoh tingkah laku orang lain. Contohnya :
seorang siswa berusaha berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa,
sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu
menunjukkan prilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang
guru harus mampu menunjukkan tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan
tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa.
h. Token
Ekonomi
Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang
memiliki nilai ekonomi ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon atau
tingkah laku yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya guru
memberi hadiah buku novel yang bagus kepada seorang siswa
2. Teori Gagne
Ada beberapa hal yang melandasi pandangan
Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan
merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan
dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku itu merupakan proses
komulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang
dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi
yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan
tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne,
1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal.
Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar
bersifat kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar,
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut berasal . Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal
bahwa belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas
manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata
disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah
laku. Hal itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum
belajar dan tingkah laku yang diperoleh setelah belajar. Perubahan tingkah laku
dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat
atau nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama periode waktu dan dapat
dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan, missalnya perubahan tinggi badan
atau perkembangan otot dan lain-lain.
Gagne membagi proses
belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
· Fase
pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik
memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami
stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini
berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai
akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang
unik yang dia terima pada situasi belajar.
· Fase
perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik
memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima
dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk
asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
· Fase
penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase
penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang
dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
· Fase
pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase
mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan
hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.
D. Teori – Teori Kognitif
1. Pemrosesan
informasi
Teori pemrosesan
informasi adalah teori
kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu
strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di
dalam otak melalui beberapa indera.
Pemerosesan informasi
menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitoringnya, dan menyusun
strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari
pendekatan ini adalah proses memori dan berfikir (thinking). (Santrock,
310:2010). Anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses
informasi, dan secara bertahap pula mereka biasa mendapatkan pengetahuan dan
keahlian yang kompleks.
Roobert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karateristik utama dari
pendekatan pemrosesan informasi , yaitu : Proses pikiran, mekanisme
pengubahan dan modifikasi diri. (Santrock, 310 :2010).
Pemikiran menurut pendapat Siegler (2002), berfikir adalah
pemerosesan informasi. Ketika anak merasakan, malakukan,
mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka
sedang melakukan proses berfikir. Pikiran adalah sesuatu yang
sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas dan tujuan. (Santrock, 311 :
2010).
Mekanisme pengubahan menurut Siegler (2002) dalam
pemerosesan informasi focus utamnya adalah pada peran
mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang
bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu : Ecoding (penyandian),
Otomatisasi, konstruksi strategis dan generalisasi.
Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori. Aspek utama
dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan
informasi yang tidak relevan.
Otomatisitasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa
usaha.
Konstruksi Strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses
informasi. Anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahun sebelumnya yang relevan
untuk memecahkan masalah.
Agar dapat manfaat penuh
dari strategi baru diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan
generalisasi, atau mengaplikasikan strategi pada problem lain.
Modifikasi
diri. Anak memainkan
peran aktif dalam perkembangan mereka. Mereka menggunakan pengetahuan dan
strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada situasi
pembelajaran yang baru. Anak membangun respon baru dan lebih canggih
berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya.
2. Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di
luar kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan
proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori, 20:2008). Pengetahuan
metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang
pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi pada saat murid
secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat
memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan. (Santrock, 340:2010).
Orang yang pertama
memperkenalkan istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia
membagi metakognisi keempat variable yang penting, yaitu :
a. Variabel
Individu
Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah
organism kognitif atau pemikir. Segala tindak – tanduk kita adalah
akibat dari cara kita berfikir. Variabel individu dibagi menjadi
tiga, yaitu :
· Variabel
Intra Individu
Variabel intra
individu adalah apa saja
yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya : seseorang yang mengetahui
dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika dibandingkan dengan mata
pelajaran sejarah.
· Variabel
antra individu
Variabel antra
individu adalah kemampuan
individu membandingkan dan membedakan kemampuan kognitif dirinya dengan orang
lain. Misalnya : seorang siswa mengetahui bahwa dirinya pandai pada
mata pelajaran IPA dibandingkan dengan teman yang duduk dengan dia di kelasnya.
b. Variabel
Universal
Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari
unsur-unsur yang ada didalam sistem budaya sendiri. Misalnya : mengetahui bahwa
sebagai manusia kita lupa. Sebenarnya kita paham terhadap apa yang
kita lupakan, tetapi lama kelamaan kita sadar bahwa kita tidak paham
c. Variabel
Tugas
Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui
kesan-kesan, pentingnya dan hambatan sesuatu tugas kognitif. Contoh :
seandainya informasi yang disampaikan oleh guru adalah sesuatu yang sulit dan
siswa tahu bahwa guru tersebut tidak akan mengulangi, maka para siswa tentu
akan memberikan perhatian yang lebih serius dan mendengarkan serta memproses
informasi itu dengan lebih teliti.
d. Variabel
Strategi
Variabel strategi adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau mengatasi kesulitan yang
timbul.
3. Sibernetik
Menurut teori
sibernetik, belajar adalah
pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006). Dalam teori
sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena
informasi ini yang akan menentukan proses.
Rangkuman teori-teori
belajar
Teori belajar adalah
suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah
semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai
sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi
psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsure ini
dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang
dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan
dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar
stimulus dan respon. Teori Pengkondisian Klasik menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu usaha dari organisme untuk mengaitkan atau mengasosiasikan
stimulus yang pada akhirnya menghasilkan sustu respon. Teori
Gestalt lebih menekankan belajar adalah kecenderungan mempersepsikan
apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Inti dari Teori
Skinneradalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan terjadi . Teori Gane menyatakan
bahwa belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang
dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Teori
Pemerosesan Informasi menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh
sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Metakognisi adalah
suatu kemampuan individu diluar kepalanya
dan berusaha merenungkan
cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang
dilakukan. Sedangkan Sibernetik mengatakan bahwa belajar adalah
pengolahan informasi .
Jadi masing-masing teori
menjelaskan belajar dan pembelajaran dalam pengertian yang berbeda-beda
Validitas dan
reliabilitas
Pengertian Validitas
Validitas sering diartikan dengan kesahihan. Suatu alat ukur
disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya lanyak mengukur
obyek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu (Thoha,
1990). Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan
sasaran pengukuran.
Cara Mengetahui
Validitas Alat Ukur
Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memilki
kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan
untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh pearson (Arikunto, 1997)
Reliabilitas data disebut juga tingkat ketetapan
(konsistensi), yaitu kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data
secara tetap dari setiap instrumen.
Reliabilitas adalah
keajegan, bilamana tes tersebut diujikan berkali-kali dan hasilnya relatif sama
, artinya setelah hasil tes pertama dengan tes berikutnya dikorelasikan,
terdapat hasil yang memuaskan
Instrumen dinyatakan reliable jika
mampu mengukur dan menghasilkan data yang sama pada informan yang sama dalam
waktu yang berbeda. Jadi, dapat dikatakan bahwa reliabilitas adalah kemampuan
instrumen menyajikan data yang tetap, meskipun digunakan dalam waktu yang
saling berjauhan dengan penelitian pertama. Misalnya ketika mengukur kayu,
didapati nilai satu meter, dan ketika diukur kembali dengan menggunakan alat
pengukur yang sama pada waktu yang berbeda, tetap menghasilkan nilai satu
meter, maka alat pengukur tersebut dinyatakan mempunyai tingkat reliabilitas
yang tinggi.